BYD Kalahkan Toyota di Bangkok Motor Show 2025, Catat Ribuan Pesanan

Produsen otomotif asal Tiongkok, BYD, mencatatkan pencapaian gemilang dalam ajang Bangkok International Motor Show 2025 dengan mengumpulkan total 10.353 pesanan kendaraan. Jumlah tersebut terdiri dari 9.819 unit kendaraan bermerek BYD dan 534 unit dari sub-merek Denza. Berdasarkan laporan dari Carnewschina pada Jumat (11/4) waktu setempat, BYD sukses menempati posisi teratas dalam pameran otomotif bergengsi tersebut, mengungguli merek-merek global lain.

Toyota harus puas di peringkat kedua dengan perolehan pesanan sejumlah 9.819 unit, sama dengan angka penjualan BYD murni, namun tetap kalah secara total karena BYD membawa tambahan dari lini Denza. Salah satu andalan BYD di pameran ini adalah model Dolphin, mobil hatchback listrik berukuran kompak. Mobil ini dibanderol antara 569.900 hingga 709.900 baht Thailand atau setara Rp280 juta hingga Rp349 juta. Selama acara berlangsung, BYD memberikan harga promosi khusus untuk Dolphin, yakni di kisaran 499.900 hingga 599.900 baht Thailand, atau sekitar Rp246 juta hingga Rp295 juta. Model ini berhasil meraih 4.014 unit pesanan sepanjang pameran.

Dalam daftar 15 besar merek dengan pesanan terbanyak, tujuh di antaranya berasal dari Tiongkok. GAC Aion meraih posisi ketiga dengan 7.018 pesanan, diikuti oleh Deepal Changan di urutan keempat dengan 6.589 pesanan. GWM juga menempati peringkat ketujuh dengan total 4.959 unit. Jika dibandingkan dengan Bangkok International Motor Show 2024, tahun ini terlihat lonjakan signifikan, dengan tiga merek Tiongkok berhasil menembus lima besar. Selama 14 hari pelaksanaan pameran tahun ini, total pesanan kendaraan mencapai 77.379 unit, meningkat sebesar 23.941 unit dari tahun lalu, yang mencerminkan pertumbuhan tahunan sebesar 41,63 persen.

Tesla Hadapi Kuartal Sulit: Penjualan Anjlok dan Persaingan Meningkat

Tesla mengalami penurunan penjualan sebesar 13 persen pada kuartal pertama 2025, hanya berhasil mengirimkan 336.681 unit kendaraan. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah ini lebih rendah dari 386.810 unit yang berhasil dikirimkan. Bahkan, hasil tersebut masih jauh di bawah perkiraan para analis yang memprediksi Tesla akan mencapai angka 372.410 unit. Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk lini produk Tesla yang mulai menua serta kontroversi politik yang melibatkan Elon Musk di Amerika Serikat dan Eropa.

Dukungan Musk terhadap politik sayap kanan di beberapa negara telah memicu gelombang protes, bahkan vandalisme terhadap kendaraan Tesla. Beberapa pemilik Tesla pun memilih menjual kembali mobil mereka untuk menghindari keterkaitan dengan citra Musk. Namun, meskipun harga saham Tesla sempat turun dalam perdagangan pra-pasar, saat pasar dibuka saham tersebut kembali mengalami pemulihan dan diperdagangkan pada harga 281,50 dolar AS.

Analis dari Wedbush Securities, Dan Ives, menyebut angka penjualan Tesla sebagai “bencana dalam setiap aspek.” Ke depan, target Tesla untuk meningkatkan penjualan hingga 30 persen pada 2025 tampaknya sulit tercapai. Tesla berencana meluncurkan kendaraan dengan harga lebih terjangkau tahun ini, tetapi detailnya masih belum jelas. Sementara itu, pesaing utama dari Tiongkok, BYD, telah melampaui Tesla sebagai pemimpin pasar kendaraan listrik dengan pangsa 15,7 persen, mengungguli Tesla yang hanya 15,3 persen.

Di Eropa, penjualan Tesla terus merosot, terutama di Prancis dan Swedia, yang mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut. Cybertruck, yang diharapkan menjadi gebrakan baru, justru gagal memenuhi ekspektasi karena masalah kualitas, bahkan hampir semua unit yang telah dikirim harus ditarik kembali. Selain itu, tarif baru terhadap kendaraan impor diperkirakan akan semakin membebani Tesla, yang bisa menghadapi tantangan lebih besar dibandingkan pesaingnya tahun ini.