Menggoda Pasar, Toyota Rilis Mobil Listrik dengan Desain Memukau

Toyota kembali memperkenalkan inovasinya di dunia otomotif dengan meluncurkan mobil listrik terbarunya, Urban Cruiser EV. Mobil listrik ini pertama kali diperkenalkan kepada publik dalam ajang Brussels Motor Show 2025. Kendaraan listrik dengan desain futuristik ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar urban yang semakin meningkat.

Meskipun baru memulai debutnya di Eropa, konsumen yang tertarik dengan Urban Cruiser EV sudah bisa melakukan pemesanan. Namun, pengiriman unit baru dijadwalkan mulai akhir musim panas tahun ini. Urban Cruiser EV menonjolkan desain bergaya ‘Urban Tech’, yang mencerminkan kualitas modern sekaligus kokoh sebagai SUV.

Desain Eksterior yang Futuristik

Bagian depan Urban Cruiser EV menghadirkan tampilan unik dengan lampu depan ramping berbentuk seperti martil, memberikan kesan modern dan elegan. Desain ini sekaligus menjadi identitas baru Toyota untuk generasi mobil listriknya. Sementara itu, bagian belakang didesain dengan kokoh, menonjolkan karakter SUV yang stabil dan tangguh.

Dimensinya sedikit lebih besar dibandingkan Toyota Yaris Cross, namun tetap mempertahankan radius putar 5,2 meter. Hal ini membuat Urban Cruiser EV mudah bermanuver di area sempit, menjadikannya ideal untuk kebutuhan perkotaan.

Interior Modern dan Nyaman

Masuk ke bagian kabin, Urban Cruiser EV menawarkan kenyamanan ekstra dengan jarak sumbu roda 2.700 mm yang memungkinkan fleksibilitas kursi. Penumpang belakang dapat menikmati ruang kaki yang luas, menyerupai SUV segmen D. Panel instrumen horizontal dirancang lebih rendah untuk memberikan visibilitas optimal, sementara posisi duduk yang lebih tinggi memastikan pengalaman berkendara yang nyaman.

Mobil ini juga dilengkapi teknologi canggih seperti layar 10,25 inci combimeter dan layar 10,1 inci Multimedia Display, yang sudah mendukung integrasi Apple CarPlay dan Android Auto.

Performa dan Pilihan Baterai

Urban Cruiser EV menawarkan dua opsi kapasitas baterai. Varian pertama memiliki baterai 49 kWh dengan tenaga 144 daya kuda dan penggerak roda depan. Opsi kedua adalah baterai 61 kWh dengan tenaga hingga 174 daya kuda, yang tersedia dengan penggerak semua roda (AWD). Untuk versi AWD, terdapat tambahan motor 48 kW di gandar belakang yang meningkatkan daya hingga 184 tenaga kuda.

Baterai mobil ini menggunakan teknologi lithium iron-phosphate, yang dikenal lebih tahan lama dan efisien. Kombinasi ini memastikan Urban Cruiser EV dapat memberikan pengalaman berkendara yang optimal dan hemat energi.

Fitur Keselamatan yang Lengkap

Toyota menyematkan berbagai fitur keselamatan sebagai standar pada Urban Cruiser EV. Beberapa di antaranya adalah sistem pre-collision, adaptive cruise control, serta lane departure/keep assist. Teknologi ini memberikan keamanan ekstra bagi pengemudi dan penumpang selama perjalanan.

Produksi dan Kolaborasi dengan Suzuki

Menariknya, Toyota Urban Cruiser EV berbagi platform dengan Suzuki e-Vitara, menjadikannya saudara kembar dalam hal desain dan teknologi. Keduanya akan diproduksi secara bersamaan di India, menunjukkan kolaborasi yang erat antara Toyota dan Suzuki untuk pasar kendaraan listrik.

Harga dan Jarak Tempuh Masih Dirahasiakan

Hingga saat ini, Toyota belum mengumumkan harga resmi maupun jarak tempuh Urban Cruiser EV dalam sekali pengisian daya. Namun, dengan berbagai fitur unggulan dan teknologi canggih yang ditawarkan, mobil ini diprediksi akan menjadi pesaing kuat di pasar SUV listrik global.

Urban Cruiser EV menjadi langkah nyata Toyota dalam menghadirkan solusi mobilitas masa depan yang ramah lingkungan, sekaligus memperkuat posisinya di segmen kendaraan listrik. Dengan debutnya yang mengesankan, mobil ini diharapkan mampu menarik perhatian konsumen yang mencari SUV listrik modern dengan performa andal.

Sekali Cas, Mobil Listrik Pertama Suzuki Bisa Tempuh Jarak Jakarta-Semarang

Suzuki telah resmi memperkenalkan mobil listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) pertamanya, Suzuki e Vitara, dalam ajang Bharat Mobility Global Expo 2025 di New Delhi, India. Kehadiran e Vitara ini menjadi langkah besar Suzuki dalam memasuki pasar mobil listrik global, sekaligus menjadi versi produksi massal dari konsep mobil listrik Suzuki eVX yang sempat dipamerkan di Indonesia pada tahun lalu.

Mobil Listrik Strategis Global Pertama Suzuki

Suzuki e Vitara dirancang sebagai kendaraan listrik strategis global pertama dari perusahaan ini. Produksi massalnya akan dimulai pada musim semi 2025 di pabrik Gujarat yang dimiliki oleh Maruti Suzuki India Limited. Peluncurannya direncanakan untuk pasar India, Eropa, dan Jepang mulai pertengahan 2025.

Presiden Suzuki, Toshihiro Suzuki, dalam pernyataan resminya mengungkapkan optimisme terhadap masa depan kendaraan listrik ini. “Suzuki e Vitara adalah model BEV strategis pertama kami yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara global. Kami juga berkomitmen membangun ekosistem kendaraan listrik, termasuk infrastruktur pengisian daya, guna memberikan pengalaman berkendara bebas rasa khawatir. Langkah ini adalah bagian dari strategi sepuluh tahun kami untuk mengurangi konsumsi energi demi masa depan yang lebih berkelanjutan bagi India dan dunia,” ujarnya.

Spesifikasi dan Keunggulan Suzuki e Vitara

Mobil listrik ini dilengkapi dengan sistem penggerak listrik terintegrasi 3-in-1 yang menyatukan motor, inverter, dan transmisi dalam satu unit. Suzuki menawarkan dua varian baterai lithium-ion, yaitu 61 kWh dan 49 kWh. Teknologi baterainya dirancang untuk bertahan dalam kondisi ekstrem, mulai dari suhu -30°C hingga 60°C, membuatnya cocok untuk berbagai kondisi cuaca di seluruh dunia.

Dalam kondisi baterai penuh, versi 61 kWh mampu menempuh jarak hingga 500 kilometer, berdasarkan pengujian internal Suzuki. Dengan jarak tempuh tersebut, perjalanan seperti Jakarta-Semarang yang berjarak sekitar 450 km dapat dilakukan tanpa perlu pengisian daya ulang. Selain itu, fitur regenerative braking dengan mode one-pedal driving membuat pengalaman berkendara semakin efisien dan nyaman.

Peluang Suzuki e Vitara di Indonesia

Pasar kendaraan listrik di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan pesat. Menanggapi peluang kehadiran Suzuki e Vitara di Indonesia, Harold Donnel, 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), tidak menutup kemungkinan peluncuran mobil ini di Tanah Air.

“Rencana perkenalan pasti ada, tapi soal waktu dan detailnya masih menunggu informasi lebih lanjut,” ujar Harold dalam keterangannya, Jumat (19/1).

Dengan spesifikasi dan potensi pasar yang menjanjikan, Suzuki e Vitara diharapkan mampu menjadi salah satu pelopor kendaraan listrik yang ramah lingkungan, sekaligus menjadi pilihan baru bagi konsumen di berbagai negara, termasuk Indonesia. Apakah Suzuki akan segera menghadirkan e Vitara di Tanah Air? Kita tunggu kabar selanjutnya!

Jimny dan Grand Vitara: Suzuki Rilis Mobil Modifikasi yang Memukau

Pada ajang Bharat Mobility Global Expo 2025 yang digelar di India, Suzuki menampilkan berbagai mobil modifikasi yang memukau. Berbagai konsep modifikasi ini tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga memberikan inspirasi bagi para penggemar mobil untuk menciptakan tampilan baru pada kendaraan mereka. Beberapa model yang dipamerkan bahkan dijadwalkan akan masuk pasar Indonesia, seperti Jimny 5-pintu dan Grand Vitara, serta Fronx yang kabarnya akan segera diluncurkan di Tanah Air.

Salah satu sorotan dalam ajang ini adalah kehadiran Suzuki Invicto, yang disebut-sebut sebagai versi kembaran dari Toyota Innova Zenix. Namun, bukan hanya Invicto yang mencuri perhatian. Maruti Suzuki, bagian dari Suzuki di India, menghadirkan berbagai konsep modifikasi yang semuanya dirancang untuk tujuan demonstrasi dan mendapatkan umpan balik dari pelanggan. Tak satu pun dari mobil yang dipamerkan tersebut menonjolkan peningkatan performa atau modifikasi sasis; semua modifikasi lebih fokus pada aksesori kosmetik untuk meningkatkan tampilan mobil.

Salah satu mobil yang menarik perhatian adalah Swift Champions Concept, yang hadir dengan berbagai bodykit untuk memberikan kesan aerodinamis layaknya mobil balap. Desainnya semakin atraktif dengan tambahan livery mencolok dan sticker putih pada dinding ban, memberikan kesan sporty dan berenergi tinggi.

Jimny Conqueror Concept menampilkan aura petualang yang kuat. Dengan grille sporty, skid plate yang serasi dengan warna bodi, serta pelek alloy 16 inci yang dipadukan dengan ban All-Terrain, mobil ini siap diajak berpetualang. Suzuki juga melengkapi konsep ini dengan berbagai aksesori pendukung seperti derek, snorkel, tangga, sekop, roof rail, snow track, dan tangki ekstra.

Selain itu, terdapat Grand Vitara Adventure, yang tampil dengan decal menarik yang menambah kesan dinamis. Konsep yang serupa juga diterapkan pada Brezza Powerlay Concept dan Fronx Turbo Concept, yang memberikan sentuhan modifikasi berani pada tampilan eksterior.

Tidak kalah menarik, Invicto Executive Concept mencoba menyasar pasar yang lebih elegan dan berkelas. Interior mobil ini didominasi dengan warna beige, serta motif heksagon yang terinspirasi dari desain modern pada jok dan detail lainnya. Konsep modifikasi pada Invicto ini lebih menonjolkan nuansa kemewahan dan kenyamanan.

Meskipun beberapa konsep hanya mengubah tampilan dengan permainan decal dan aksesori tambahan, modifikasi-modifikasi ini berhasil menciptakan tampilan yang lebih menarik dan menggugah minat. Dengan berbagai pilihan konsep yang ada, Suzuki memberikan gambaran tentang betapa modifikasi dapat membuat kendaraan lebih personal dan sesuai dengan keinginan pemiliknya.

Jaecoo Resmi Ekspansi ke Indonesia, Bangun Pabrik di Purwakarta

Jaecoo, sebuah merek otomotif asal Tiongkok, telah resmi menyatakan kehadirannya di pasar Indonesia dengan memulai pembangunan fasilitas produksi di Purwakarta, Jawa Barat. Upaya ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memperluas kehadirannya di kawasan Asia Tenggara serta menjawab kebutuhan pasar domestik.

Sebagai salah satu merek di bawah naungan grup otomotif ternama di Tiongkok, Jaecoo melihat potensi besar di pasar Indonesia yang permintaan kendaraannya terus meningkat. Hal ini membuka peluang bagi perusahaan untuk berinvestasi sekaligus memproduksi kendaraan secara lokal, mencerminkan daya tarik industri otomotif Indonesia bagi investor internasional, khususnya dari Tiongkok.

Pabrik Jaecoo akan berlokasi di kawasan Cikampek, tepatnya di KM70 jalan tol arah timur. PT Handal Auto, selaku distributor resmi Jaecoo di Indonesia, mengungkapkan bahwa fasilitas ini akan digunakan untuk memproduksi berbagai model kendaraan yang disesuaikan dengan preferensi konsumen lokal. Pendekatan ini menunjukkan fokus perusahaan untuk menghadirkan produk yang relevan dengan kebutuhan pasar Indonesia.

Keberadaan pabrik ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar Purwakarta, sekaligus memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan nasional. Investasi ini menegaskan peran sektor otomotif sebagai salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi daerah.

Dalam rangka memperkenalkan mereknya lebih luas, Jaecoo juga merencanakan uji coba sistem super hybrid pada Februari 2025. Rencana perjalanan jarak jauh dari Jakarta ke Bali sejauh 1.200 kilometer akan dilakukan untuk membuktikan performa dan efisiensi kendaraan mereka di kondisi nyata. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk menghadirkan produk berkualitas tinggi kepada konsumen Indonesia.

Dengan masuknya Jaecoo ke pasar Indonesia, langkah strategis ini mempertegas potensi pertumbuhan sektor otomotif lokal.

Gebrakan Baru! BYD Perkenalkan Tiga Mobil Listrik di Korea Selatan

BYD, salah satu produsen kendaraan listrik terkemuka di dunia, kini resmi memasuki pasar mobil penumpang di Korea Selatan. Pada 16 Januari 2025, perusahaan asal Tiongkok ini mengadakan konferensi pers di Incheon untuk mengumumkan kehadirannya di Negeri Ginseng. Dalam acara tersebut, BYD meluncurkan tiga model kendaraan listrik sekaligus, yaitu Atto 3, Seal, dan Sealion 7, yang dirancang untuk memperkuat pasar kendaraan ramah lingkungan di Korea Selatan.

Langkah ekspansi ini merupakan upaya BYD untuk memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di sektor kendaraan listrik global. Model unggulan Atto 3 hadir dalam dua varian, Standar dan Plus, dengan masing-masing dilengkapi baterai lithium iron phosphate berkapasitas 60,48 kWh. Baterai ini mampu memberikan jarak tempuh hingga 321 kilometer dalam sekali pengisian penuh. Selain itu, kendaraan ini didukung fitur pengisian cepat, yang memungkinkan baterai terisi dari 20% hingga 80% hanya dalam waktu sekitar 30 menit, menjadikannya solusi ideal bagi konsumen yang mengutamakan efisiensi waktu.

Harga Atto 3 di Korea Selatan dimulai dari 31 juta won, atau sekitar Rp 337 juta, lebih tinggi dibandingkan harga di Tiongkok, di mana model ini dikenal sebagai BYD Yuan Plus dengan harga sekitar Rp 267 juta. Meskipun demikian, BYD optimis bahwa kualitas dan performa kendaraan ini mampu menarik perhatian konsumen Korea Selatan.

BYD sebenarnya telah hadir di Korea Selatan selama hampir satu dekade melalui sektor kendaraan komersial, seperti bus listrik, truk listrik, dan forklift listrik. Namun, langkah ini menjadi debut mereka di pasar mobil penumpang. Untuk mendukung peluncuran ini, BYD menggandeng enam dealer resmi serta merencanakan pembukaan 15 showroom dan 11 pusat layanan di kota-kota besar seperti Seoul dan Pulau Jeju.

Cho In-cheol, Kepala Divisi Mobil Penumpang BYD Korea Selatan, menyampaikan bahwa perusahaan akan menjalin kerja sama erat dengan para dealer untuk memberikan pengalaman berkendara yang optimal kepada konsumen. Selain itu, BYD juga berencana memamerkan model terbaru mereka pada Seoul Mobility Show pada April 2025, sebagai langkah strategis memperkenalkan teknologi ramah lingkungan mereka kepada publik Korea Selatan.

Ekspansi ini sejalan dengan tujuan BYD untuk mendukung pengembangan pasar kendaraan listrik di Korea Selatan, sekaligus mendukung komitmen negara tersebut dalam menekan emisi karbon dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Inovasi Terbaru! BYD Luncurkan 3 Mobil Listrik di Korea Selatan

BYD, produsen kendaraan listrik terkemuka, kini memperluas jangkauannya ke pasar mobil penumpang di Korea Selatan. Pada 16 Januari 2025, perusahaan asal China ini menggelar konferensi pers di Incheon untuk meresmikan kehadirannya di Negeri Ginseng. Dalam kesempatan tersebut, BYD memperkenalkan tiga model mobil listrik sekaligus, yaitu Atto 3, Seal, dan Sealion 7, yang siap meramaikan pasar kendaraan ramah lingkungan di Korea Selatan.

Melalui ekspansi ini, BYD bertujuan untuk semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri otomotif global, khususnya dalam kategori kendaraan listrik. Atto 3, salah satu model andalan yang diperkenalkan, hadir dalam dua versi, yaitu Standar dan Plus. Keduanya dipersenjatai dengan baterai lithium iron phosphate berkapasitas 60,48 kWh, yang menawarkan jarak tempuh hingga 321 kilometer dalam sekali pengisian penuh. Menariknya, Atto 3 dilengkapi dengan teknologi pengisian cepat, yang memungkinkan baterai terisi dari 20% hingga 80% hanya dalam waktu sekitar 30 menit, menjadikan kendaraan ini sangat praktis bagi konsumen yang mengutamakan efisiensi waktu.

Atto 3 akan dipasarkan dengan harga mulai 31 juta won atau sekitar Rp 337 juta, yang lebih mahal dibandingkan harga di China, tempat model ini dikenal dengan nama BYD Yuan Plus, yang dihargai sekitar Rp 267 juta. Walaupun demikian, BYD percaya bahwa kualitas dan performa yang ditawarkan akan memberikan nilai lebih bagi konsumen Korea Selatan.

Meski BYD bukanlah pemain baru di Korea Selatan, karena perusahaan ini sudah beroperasi selama hampir 10 tahun di sektor kendaraan komersial, seperti forklift listrik, bus listrik, dan truk listrik, langkah ini menandai upaya pertama mereka untuk memasuki pasar mobil penumpang. Untuk memperkenalkan produk-produknya, BYD menggandeng enam dealer resmi di Korea Selatan dan berencana membuka 15 showroom serta 11 pusat servis di kota-kota besar seperti Seoul dan Pulau Jeju.

Cho In-cheol, Kepala Divisi Mobil Penumpang BYD Korea Selatan, menyatakan bahwa perusahaan akan bekerja sama erat dengan dealer dan mitra untuk menghadirkan pengalaman berkendara terbaik dari merek BYD. Selain itu, BYD juga berencana untuk memamerkan model-model baru mereka pada Seoul Mobility Show yang akan berlangsung pada April 2025, sebuah kesempatan besar untuk memperkenalkan teknologi mobilitas ramah lingkungan kepada publik Korea Selatan.

Dengan langkah ini, BYD berupaya menambah pilihan kendaraan listrik di pasar Korea Selatan yang semakin berkembang dan mendukung upaya negara tersebut untuk mengurangi emisi karbon.

Dampak Kebijakan Ekonomi terhadap Otomotif: Saatnya Pemerintah Bergerak

Industri otomotif Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam penjualan mobil pada tahun 2024, yang mencerminkan berkurangnya daya beli masyarakat. Menurut data wholesales, tercatat sebanyak 865.723 unit kendaraan terjual sepanjang tahun 2024, mengalami penurunan sekitar 13,9 persen dibandingkan dengan tahun 2023 yang mencatatkan penjualan lebih dari satu juta unit, yakni 1.005.802 unit.

Penurunan ini menunjukkan adanya perubahan besar dalam perilaku konsumen yang lebih memilih untuk menunda pembelian kendaraan, kemungkinan besar disebabkan oleh kondisi ekonomi yang kurang stabil. Selain itu, kebijakan pemerintah yang lebih fokus pada insentif untuk pembelian kendaraan listrik juga berperan dalam kondisi ini. Hingga saat ini, belum ada kebijakan yang secara khusus diberikan untuk merangsang pembelian kendaraan berbahan bakar bensin atau mobil konvensional.

Sri Agung Handayani, Marketing & Corporate Communication Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM), mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah perlu dilihat dari perspektif yang lebih luas, terutama mengenai dampaknya terhadap industri otomotif secara keseluruhan. “Industri otomotif bukan hanya sekadar penjualan mobil, melainkan melibatkan banyak sektor, termasuk 1.700 supplier dan 700 UKM yang berkontribusi besar dalam rantai pasok,” ujarnya di Jakarta pada Kamis, 16 Januari 2025.

Sri Agung juga menambahkan bahwa lebih dari ratusan ribu orang terlibat dalam industri otomotif dan turunannya, sehingga kebijakan yang hanya menguntungkan satu segmen pasar, seperti kendaraan listrik, harus mempertimbangkan dampak terhadap sektor lainnya. Ia berharap pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang tidak hanya mendukung sektor kendaraan listrik, tetapi juga memperhatikan keseimbangan antara kendaraan listrik dan konvensional.

“Tentu saja, pemerintah pasti mempertimbangkan semua faktor ini. Kebijakan yang diterapkan harus bisa mendukung seluruh ekosistem industri otomotif, agar tetap tumbuh dan berkontribusi terhadap perekonomian,” kata Sri Agung. Ia juga menekankan bahwa tujuan utama industri otomotif adalah menyediakan kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan konsumen, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan situasi yang serba menantang ini, diharapkan kebijakan yang lebih komprehensif dapat diambil untuk menjaga keberlanjutan industri otomotif Indonesia, serta memberikan insentif yang seimbang bagi berbagai jenis kendaraan, baik konvensional maupun listrik.

China Tak Henti Berinovasi, Produksi Mobil Tahun Ini Capai Angka Fantastis!

Jakarta – Industri otomotif China semakin mengukuhkan dirinya sebagai salah satu kekuatan utama di pasar global, terutama dengan ekspansi yang pesat ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada tahun 2024, pabrikan otomotif China memproduksi lebih dari 31 juta unit mobil, mencatatkan lonjakan 3,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data dari Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM).

Angka produksi mobil China mencapai 31,28 juta unit pada 2024, dengan sebagian besar fokus pada kendaraan energi baru (NEV). Produksi kendaraan NEV saja mencapai 12,88 juta unit, menunjukkan bahwa China terus memimpin pasar mobil ramah lingkungan global untuk dekade kesepuluh berturut-turut. Kendaraan listrik (BEV) masih menjadi pilihan utama di pasar domestik, meskipun penjualannya mengalami sedikit penurunan, sedangkan kendaraan plug-in hybrid (PHEV) menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.

Dalam hal ekspor, China berhasil mengirimkan 5,86 juta unit mobil ke seluruh dunia, dengan peningkatan ekspor sebesar 19,3 persen dibandingkan tahun 2023. Hal ini mencakup 1,28 juta unit NEV yang terjual ke luar negeri, dengan sebagian besar merupakan kendaraan listrik dan plug-in hybrid.

Xu Haidong, Wakil Sekretaris Jenderal Eksekutif CAAM, memprediksi tren pertumbuhan positif ini akan terus berlanjut hingga 2025. Diperkirakan, produksi dan penjualan mobil China akan meningkat lagi sebesar 4,7 persen pada tahun depan, dengan target mencapai 32,9 juta unit.

Namun, meski China mengalami kenaikan pesat dalam produksi dan penjualan mobil, situasi di Indonesia justru sebaliknya. Penjualan mobil domestik di Indonesia tercatat menurun pada 2024. Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil pada Desember 2024 hanya mencapai 79.806 unit, sehingga total penjualan tahunan hanya 865.753 unit. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang tercatat mencapai lebih dari 1 juta unit.

Peningkatan produksi dan penjualan mobil China diikuti dengan ekspansi besar-besaran kendaraan listrik dan hybrid yang semakin diminati di pasar global. Sementara itu, pasar otomotif Indonesia harus menghadapi tantangan besar agar bisa bersaing dengan negara-negara yang semakin mengadopsi teknologi kendaraan ramah lingkungan.

Terungkap! Ini Mobil BYD yang Paling Laris di Pasar Indonesia

Pada tahun 2024, pasar otomotif Indonesia dihiasi dengan kehadiran merek mobil listrik BYD asal China, yang langsung menghadirkan beberapa model unggulannya, seperti Dolphin, Seal, dan Atto 3. Enam bulan setelah peluncuran awal, BYD meluncurkan MPV listrik pertama mereka, yakni M6, yang langsung menarik perhatian pasar. Meski baru memasuki pasar Indonesia pada paruh kedua tahun 2024, BYD M6 berhasil mencatatkan angka penjualan yang mengejutkan, bahkan menjadi model mobil listrik terlaris di Indonesia.

Berdasarkan data distribusi wholesales yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), BYD M6 terjual sebanyak 6.124 unit sepanjang tahun 2024, mengalahkan model mobil listrik yang sudah lebih dulu hadir di Indonesia seperti Wuling Binggo EV, Wuling Air EV, Hyundai Ioniq 5, hingga Chery Omoda E5. Keberhasilan ini menjadikan BYD M6 sebagai mobil listrik paling diminati di tanah air, jauh melampaui model lainnya seperti BYD Seal, yang terjual sebanyak 4.828 unit, serta BYD Atto 3 dengan 3.291 unit.

Salah satu alasan kesuksesan BYD M6 adalah spesifikasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar Indonesia. Sebagai MPV listrik pertama di Indonesia, M6 dirancang untuk memenuhi kebutuhan mobil keluarga dengan kapasitas penumpang hingga tujuh orang. Dengan panjang 4.710 mm, lebar 1.810 mm, dan tinggi 1.690 mm, M6 menjadi pilihan ideal bagi keluarga Indonesia yang menginginkan kendaraan ramah lingkungan dan praktis.

BYD M6 hadir dengan dua pilihan baterai: versi standar dengan kapasitas 55,4 kWh yang mampu menempuh jarak hingga 420 km, dan versi dengan kapasitas 71,8 kWh yang menawarkan jarak tempuh hingga 530 km. Model ini juga dilengkapi dengan fitur-fitur canggih seperti 6 airbag, sistem pemantauan tekanan ban, ABS, dan beberapa fitur keselamatan lainnya, termasuk adaptive cruise control dan autonomous emergency braking di varian Superior Captain dan Superior.

BYD M6 dijual dengan harga mulai dari Rp 383 juta untuk varian Standard (7-seater), Rp 423 juta untuk varian Super (7-seater), dan Rp 433 juta untuk varian Superior Captain (6-seater). Dengan harga yang bersaing dan fitur lengkap, BYD M6 semakin membuktikan dirinya sebagai mobil listrik terlaris di Indonesia pada 2024.

Melalui kehadiran M6, BYD berhasil mengukir prestasi besar di pasar mobil listrik Indonesia dan mengundang perhatian pasar otomotif tanah air yang semakin beralih ke kendaraan listrik sebagai solusi ramah lingkungan.

Mengapa Harga LCGC Bisa Tembus Rp 200 Juta? Ini Penjelasannya!

Jakarta – Memasuki tahun 2025, pasar otomotif Indonesia menyaksikan perubahan besar pada harga mobil Low Cost Green Car (LCGC). Salah satu model terpopuler, Honda Brio Satya, kini dipasarkan dengan harga Rp 202,5 juta untuk varian E CVT, menjadikannya LCGC termahal di Indonesia. Lonjakan harga ini membawa dampak signifikan terhadap pasar mobil murah di Tanah Air.

Sebagai mobil yang dahulu dikenal dengan harga terjangkau, LCGC kini tak lagi semurah dulu. Brio Satya, yang sebelumnya dipatok dengan harga lebih rendah, kini tembus angka Rp 200 juta, sebuah lonjakan yang turut mengubah struktur pasar kendaraan murah. Sebagai pembanding, model lain seperti Toyota Agya kini dijual dengan harga Rp 197,1 juta, sementara Daihatsu Sigra dibanderol mulai Rp 181,3 juta, masih jauh di bawah Brio Satya.

Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terutama meningkatnya biaya produksi. Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), menjelaskan bahwa setiap pabrikan wajib melaporkan kenaikan harga kepada Kementerian Perindustrian sebelum disetujui. “Harga mobil LCGC ini sudah dihitung berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi, termasuk nilai tukar yang fluktuatif,” ujar Kukuh dalam diskusi prospek industri otomotif di Kementerian Perindustrian, Jakarta, pada Selasa (14/1/2025).

Program LCGC pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada 2013, dengan tujuan untuk memberikan solusi mobil ramah lingkungan yang dapat dijangkau oleh masyarakat dengan kemampuan finansial terbatas. Dulu, LCGC sangat diminati berkat insentif pajak seperti pembebasan dari Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Namun, dengan kebijakan baru, mobil ini kini dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan tidak lagi mendapat fasilitas bebas PPnBM.

Meskipun harga LCGC kini meningkat, model ini masih menjadi pilihan utama bagi banyak konsumen di Indonesia, terutama mereka yang mencari kendaraan dengan harga di bawah Rp 300 juta. “Sekitar 70 persen konsumen mobil Indonesia lebih memilih kendaraan dengan harga di bawah Rp 300 juta,” tambah Kukuh Kumara.

Industri otomotif Indonesia diprediksi akan terus berkembang meskipun harga kendaraan, termasuk LCGC, semakin tinggi. Kenaikan daya beli kelas menengah dan semakin banyaknya konsumen yang memilih mobil dengan harga terjangkau akan terus mendorong pertumbuhan sektor otomotif tanah air di masa depan.