Tesla Uji Coba Robotaxi Cybercab, Mobil Swakemudi Siap Meluncur dari Ponsel

Tesla kini mengembangkan lebih lanjut pengujian pada kendaraan otonom Cybercab dengan melibatkan para pegawai di Austin, Texas. Dalam uji coba ini, pengguna semua dapat memanggil kendaraan melalui aplikasi ponsel khusus yang telah di sediakan. Meskipun disebut kendaraan swakemudi, pengemudi pengaman masih terlihat duduk di kursi depan, menandakan bahwa pengawasan manusia masih diperlukan dalam tahap pengujian ini.

Elon Musk, CEO Tesla, berbagi video tentang aplikasi tersebut melalui akun X miliknya, menunjukkan bagaimana mobil dapat dipanggil dan menyatakan bahwa kendaraan Tesla memiliki potensi untuk menghasilkan uang bagi pemiliknya. Inisiatif ini adalah bagian dari rencana Tesla untuk meluncurkan layanan berbagi tumpangan berbasis teknologi otonom yang dinamakan “Robotaxi.” Menurut laporan dari South China Morning Post, Robotaxi direncanakan akan diluncurkan pada musim panas ini dimulai dari Austin, Texas.

Pada fase awal, sekitar 10 hingga 20 unit Tesla Model Y akan digunakan untuk uji coba, dengan rencana ekspansi ke kota-kota lain menggunakan model Tesla lainnya. Sejauh ini, uji coba telah mencatatkan lebih dari 1.500 perjalanan dengan total jarak sekitar 24.140 kilometer. Sebelumnya, Tesla juga melakukan uji coba serupa di Bay Area, California. Elon Musk menyebutkan bahwa regulasi di Texas lebih mendukung untuk memperoleh izin operasional layanan otonom ini dibandingkan di California, yang lebih ketat dalam pengaturan teknologi baru.

Adu Panas Elon Musk vs Gedung Putih Soal Tarif dan Tesla: Siapa yang Lebih “Amerika”?

Ketegangan antara kebijakan politik dan industri otomotif kembali memuncak setelah penasihat perdagangan utama Donald Trump, Peter Navarro, secara terbuka menyindir CEO Tesla, Elon Musk. Bukan sebagai pengusaha inovatif, Navarro menyebut Musk hanyalah seorang “perakit mobil”, bukan produsen sejati. Hal ini muncul usai Musk menyerukan terciptanya zona perdagangan bebas tarif antara Amerika Serikat dan Eropa, gagasan yang ditolak keras oleh sebagian kalangan Gedung Putih.

Navarro, yang dikenal sebagai otak di balik kebijakan tarif Trump, menuding Musk hanya ingin memanfaatkan komponen asing murah untuk merakit kendaraannya. Menurutnya, komponen Tesla lebih banyak berasal dari Asia, sementara pemerintah ingin semua dibuat di Amerika—dari ban di Akron hingga mesin di Flint. Kritik itu pun langsung dibalas Musk dengan pernyataan tajam di media sosial. Ia menyebut Navarro “lebih bodoh dari sekarung batu bata” dan menegaskan bahwa mobil Tesla adalah yang paling banyak diproduksi di AS.

Faktanya, data produksi Tesla mendukung klaim Musk. Mobil seperti Model 3 hingga Cybertruck menggunakan kandungan lokal hingga lebih dari 80 persen, menjadikan Tesla salah satu produsen mobil paling “Amerika”. Meskipun demikian, keberadaan Tesla yang kuat di dalam negeri tetap tak menyelamatkannya dari perdebatan politis. Musk dan Navarro kini berdiri di garis berseberangan dalam isu tarif, mempertegas bahwa dalam dunia otomotif, politik bisa jadi mesin konflik yang tak pernah padam.

Tesla Hadapi Kuartal Sulit: Penjualan Anjlok dan Persaingan Meningkat

Tesla mengalami penurunan penjualan sebesar 13 persen pada kuartal pertama 2025, hanya berhasil mengirimkan 336.681 unit kendaraan. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah ini lebih rendah dari 386.810 unit yang berhasil dikirimkan. Bahkan, hasil tersebut masih jauh di bawah perkiraan para analis yang memprediksi Tesla akan mencapai angka 372.410 unit. Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk lini produk Tesla yang mulai menua serta kontroversi politik yang melibatkan Elon Musk di Amerika Serikat dan Eropa.

Dukungan Musk terhadap politik sayap kanan di beberapa negara telah memicu gelombang protes, bahkan vandalisme terhadap kendaraan Tesla. Beberapa pemilik Tesla pun memilih menjual kembali mobil mereka untuk menghindari keterkaitan dengan citra Musk. Namun, meskipun harga saham Tesla sempat turun dalam perdagangan pra-pasar, saat pasar dibuka saham tersebut kembali mengalami pemulihan dan diperdagangkan pada harga 281,50 dolar AS.

Analis dari Wedbush Securities, Dan Ives, menyebut angka penjualan Tesla sebagai “bencana dalam setiap aspek.” Ke depan, target Tesla untuk meningkatkan penjualan hingga 30 persen pada 2025 tampaknya sulit tercapai. Tesla berencana meluncurkan kendaraan dengan harga lebih terjangkau tahun ini, tetapi detailnya masih belum jelas. Sementara itu, pesaing utama dari Tiongkok, BYD, telah melampaui Tesla sebagai pemimpin pasar kendaraan listrik dengan pangsa 15,7 persen, mengungguli Tesla yang hanya 15,3 persen.

Di Eropa, penjualan Tesla terus merosot, terutama di Prancis dan Swedia, yang mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut. Cybertruck, yang diharapkan menjadi gebrakan baru, justru gagal memenuhi ekspektasi karena masalah kualitas, bahkan hampir semua unit yang telah dikirim harus ditarik kembali. Selain itu, tarif baru terhadap kendaraan impor diperkirakan akan semakin membebani Tesla, yang bisa menghadapi tantangan lebih besar dibandingkan pesaingnya tahun ini.