Judul: Bore Up Motor Matic, Performa Meningkat tapi Risiko Mengintai

Banyak pemilik motor matic yang tergoda untuk meningkatkan performa kendaraannya dengan melakukan bore up. Teknik ini bertujuan untuk memperbesar diameter silinder mesin agar kapasitas ruang bakarnya bertambah. Dengan begitu, tenaga yang dihasilkan pun akan jauh lebih besar. Namun, peningkatan tenaga ini tidak datang tanpa dampak negatif. Di balik performa yang lebih buas, ada sederet risiko yang patut jadi pertimbangan sebelum memutuskan melakukan modifikasi ini.

Salah satu dampak utama bore up adalah konsumsi bahan bakar yang meningkat drastis. Mesin dengan ruang bakar yang lebih besar tentu membutuhkan lebih banyak bahan bakar. Bila sebelumnya motor mampu menempuh 40 kilometer per liter, setelah bore up bisa jadi hanya sanggup menempuh 30 kilometer per liter. Tak hanya itu, jika modifikasi tidak dilakukan secara menyeluruh dan hanya mengganti sebagian komponen, mesin akan lebih cepat mengalami keausan karena tekanan dan suhu yang meningkat.

Panas berlebih pun menjadi masalah serius. Tanpa sistem pendinginan tambahan, risiko mesin mengalami overheat cukup tinggi, terutama ketika digunakan dalam jarak jauh atau kondisi lalu lintas padat. Dampaknya bisa merusak piston, menimbulkan suara ngelitik, hingga menyebabkan penurunan tenaga secara drastis. Belum lagi biaya perawatan yang membengkak karena membutuhkan perawatan berkala dan mekanik yang berpengalaman. Motor yang sudah di-bore up juga cenderung sulit dijual kembali karena dianggap tidak lagi dalam kondisi standar dan daya tahan mesinnya diragukan jika tak dirawat dengan teliti.

Waspadai 7 Tanda Rem Mobil Mulai Melemah Sebelum Terlambat

Mengemudi kendaraan, terutama di jalan menurun atau saat membawa muatan berat, memerlukan kondisi mobil yang prima, khususnya sistem pengeremannya. Sayangnya, banyak pengemudi yang kurang memperhatikan komponen vital ini, padahal kerusakan pada rem bisa berakibat fatal. Pemeriksaan rutin sebelum berkendara, seperti kondisi mesin, tekanan ban, dan sistem rem, menjadi langkah penting demi keselamatan.

Salah satu sinyal awal dari masalah rem adalah suara mencicit ketika pedal diinjak, yang umumnya disebabkan oleh kampas rem yang mulai menipis. Selain itu, mobil yang tiba-tiba menarik ke satu sisi saat direm menandakan distribusi tekanan minyak rem yang tidak merata, sering kali akibat kebocoran atau selang aus. Pedal rem yang terasa berat juga patut diwaspadai, karena bisa disebabkan oleh penyumbatan atau kerusakan pada sistem hidrolik rem.

Lampu indikator rem yang menyala pada panel instrumen adalah sinyal kuat bahwa ada masalah pada sistem pengereman, baik itu sistem ABS maupun cairan rem. Begitu juga ketika pedal terasa lebih dalam dan ringan, itu bisa menandakan kebocoran cairan atau kampas rem yang sangat tipis. Jika saat pengereman terasa getaran di pedal atau setir, kemungkinan besar cakram rem sudah tidak rata. Terakhir, volume cairan rem yang menurun juga menjadi pertanda sistem mengalami kebocoran dan berpotensi mengurangi efektivitas pengereman.

Mendeteksi dan menangani gejala ini lebih awal dapat mencegah rem blong yang membahayakan jiwa. Luangkan waktu untuk periksa rem secara berkala, karena keselamatan tidak hanya bergantung pada kecepatan, tetapi juga kemampuan untuk berhenti dengan aman.

Tips Menjaga Mobil Listrik Tetap Prima Saat Ditinggal Mudik

Jika berencana meninggalkan mobil listrik dalam waktu lama saat mudik Lebaran, ada beberapa langkah penting yang perlu dilakukan agar kendaraan tetap dalam kondisi optimal. Menurut pakar otomotif Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu, mobil listrik membutuhkan perhatian khusus, terutama pada sistem baterai dan komponen elektrikalnya.

Sebelum menyimpan kendaraan, pastikan untuk mencuci mobil secara menyeluruh, termasuk bagian bawah dan sela-sela bodi, guna mencegah kotoran menumpuk yang bisa menyebabkan korosi. Pilih tempat penyimpanan yang teduh dan memiliki suhu stabil antara 15-25°C, karena suhu ekstrem dapat mempercepat degradasi baterai. Selain itu, gunakan penutup mobil berbahan breathable agar kendaraan terlindungi dari debu dan paparan sinar UV tanpa menghambat sirkulasi udara.

Salah satu aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah baterai. Sebelum ditinggalkan dalam waktu lama, pastikan tingkat pengisian daya berada di kisaran 40-60 persen. Kondisi ini ideal untuk menjaga kesehatan sel baterai dalam jangka panjang. Selain itu, lepaskan kabel pengisi daya dari port charging untuk menghindari risiko arus pendek atau overcharge yang dapat merusak sistem kelistrikan kendaraan.

Langkah terakhir adalah menonaktifkan semua sistem elektronik, termasuk fitur connected car dan keyless entry. Hal ini bertujuan untuk mencegah daya baterai 12V terkuras habis selama mobil tidak digunakan. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, mobil listrik akan tetap dalam kondisi prima dan siap digunakan kembali setelah mudik tanpa kendala teknis.