Leapmotor B10 Catat Penjualan Fantastis, 31 Ribu Unit Terjual dalam 48 Jam

Produsen otomotif asal China, Leapmotor, mencetak pencapaian luar biasa dengan kendaraan listrik terbarunya, B10. Dalam waktu hanya 48 jam sejak dibukanya pemesanan pada 10 Maret 2025, mobil ini berhasil terjual sebanyak 31.688 unit. Menurut laporan Carnews China, mayoritas pemesanan didominasi oleh varian canggih 510 LiDAR Self-Driving, yang menawarkan sistem pengendaraan otonom tingkat tinggi.

B10 merupakan kendaraan New Energy Vehicle (NEV) yang mendapat dukungan dari Stellantis dan menjadi model pertama dengan teknologi LiDAR yang dijual di bawah harga Rp272 juta. Respon positif dari konsumen China tak lepas dari arsitektur Leapmotor Leap 3.5 yang digunakan, serta desain crossover kompak yang ramping. Mobil ini memiliki dimensi panjang 4.515 mm, lebar 1.885 mm, tinggi 1.655 mm, dan jarak sumbu roda 2.735 mm. Bagian depannya tampil futuristik dengan dua lampu berjalan yang dihubungkan oleh strip LED, sementara sensor LiDAR terpasang di bagian atap untuk meningkatkan fitur otonom.

Teknologi LiDAR yang dipasok oleh Hesai menyempurnakan sistem Advanced Driver Assistance System (ADAS) dengan 26 fungsi, termasuk parkir otomatis dan penghindaran rintangan. Interiornya juga menawarkan pengalaman berkendara modern, dengan layar sentuh 14,6 inci, kluster instrumen LCD 8,8 inci, serta setir berbentuk D dengan dua jari-jari. Konsol tengahnya dilengkapi dengan dua bantalan pengisi daya nirkabel dan titik jangkar di sisi penumpang untuk memasang meja lipat.

Dari segi performa, varian standar B10 mengusung motor listrik tunggal berdaya 132 kW (177 hp) yang mampu berakselerasi dari 0-100 km/jam dalam 9,3 detik. Sementara itu, varian yang lebih bertenaga memiliki output 160 kW (214 hp) dengan akselerasi 0-100 km/jam hanya dalam 6,8 detik. Leapmotor B10 menawarkan dua pilihan baterai, yakni LFP 56,2 kWh dengan jarak tempuh 510 km dan baterai 67,1 kWh yang mampu menempuh hingga 600 km berdasarkan standar CLTC.

Citroen E-C3 All Electric Edition Elegante: Mobil Listrik Modifikasi yang Tampil Lebih Stylish di IIMS 2025

Citroen tampil mencuri perhatian di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025 dengan menghadirkan mobil listrik E-C3 yang telah dimodifikasi. Mengusung nama E-C3 All Electric Edition Elegante, mobil ini mendapatkan beberapa sentuhan modifikasi yang menambah daya tariknya. Dari livery hingga bagian kaki-kaki, modifikasi yang dihadirkan membuat E-C3 tampil lebih sporty dan modern.

Salah satu bagian paling mencolok dari E-C3 ini adalah penggunaan pelek aftermarket berwarna putih yang memberikan kesan balap. Meskipun pelek telah dimodifikasi, Citroen tetap mempertahankan ukuran ban standar E-C3 dari merek CEAT dengan ukuran 195/65 R15, yang tidak mempengaruhi jarak tempuh kendaraan.

Tampilan mobil ini semakin menarik dengan kombinasi warna Zesty Orange di bodi dan atap berwarna putih Polar White, menciptakan kesan ikonik dan dinamis. Untuk menambah kesan eksklusif, Citroen juga menambahkan aksen stiker minimalis berwarna hitam-putih yang membentang dari pintu depan hingga pilar belakang, serta detail bendera Prancis di bawah spion.

Citroen mengungkapkan bahwa modifikasi ini menunjukkan potensi E-C3 untuk dipersonalisasi lebih lanjut. Selain E-C3 All Electric Edition Elegante, Citroen juga memperkenalkan model C3 Edition Dynamique, yang menghadirkan tema dinamis dengan desain modifikasi yang lebih sporty.

Citroen berharap kedua model ini dapat menginspirasi konsumen untuk menjelajahi berbagai kemungkinan dalam memodifikasi kendaraan mereka, menjadikan E-C3 bukan hanya sebagai mobil listrik, tetapi juga sebagai simbol kreativitas dan gaya hidup modern.

Toyota Sunat 30 Persen Target Produksi Mobil Listrik 2026

Toyota Motor Corporation mengumumkan penurunan target produksi mobil listrik global mereka sebesar 30 persen untuk tahun 2026. Awalnya, perusahaan otomotif asal Jepang tersebut berencana memproduksi 3 juta unit mobil listrik per tahun, namun target ini diturunkan menjadi 2,1 juta unit. Penurunan target ini dilakukan sebagai respon terhadap berbagai tantangan yang dihadapi di industri kendaraan listrik global.

Salah satu alasan utama dibalik keputusan Toyota adalah masalah rantai pasokan yang masih terdampak oleh krisis global. Kelangkaan komponen penting, seperti semikonduktor dan baterai lithium, membuat produksi mobil listrik tidak bisa memenuhi target awal. Selain itu, infrastruktur pendukung, seperti stasiun pengisian daya dan jaringan listrik di beberapa negara, belum memadai untuk mendukung pertumbuhan yang cepat dalam jumlah mobil listrik.

Meskipun menurunkan target produksi, Toyota tetap berkomitmen untuk mendukung transisi global menuju kendaraan ramah lingkungan. Perusahaan ini berencana untuk terus melakukan inovasi dalam teknologi baterai dan mempercepat pengembangan kendaraan hybrid serta plug-in hybrid sebagai alternatif sementara. Toyota juga berharap dapat memperbaiki efisiensi produksi dan menjalin kerjasama dengan lebih banyak mitra di sektor energi dan teknologi.

Keputusan ini diprediksi akan mempengaruhi persaingan di industri mobil listrik, terutama di pasar global yang semakin kompetitif. Produsen mobil lainnya, seperti Tesla, Volkswagen, dan BYD, yang telah lebih agresif dalam produksi mobil listrik, mungkin akan mengambil keuntungan dari penurunan target Toyota. Namun, Toyota tetap optimis bahwa strategi jangka panjang mereka akan memberikan kontribusi signifikan dalam menghadapi perubahan tren di industri otomotif.