Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih menunjukkan pergerakan liar di pasar non-deliverable forward (NDF), dengan mencapai level Rp17.006 per dolar AS pada Jumat (4/4). Fluktuasi ini dipicu oleh tekanan eksternal yang terus membayangi pasar global. Kondisi tersebut menjadi perhatian serius bagi sektor otomotif di Indonesia, yang bergantung pada pasokan bahan baku impor seperti baja, aluminium, plastik, chip, dan komponen lainnya.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Kukuh Kumara, menyebut bahwa pelemahan rupiah akan berdampak signifikan terhadap biaya produksi industri otomotif. Meski begitu, Kukuh menegaskan bahwa setiap perusahaan memiliki strategi berbeda dalam menyikapi situasi ini, baik melalui penyesuaian bertahap maupun kebijakan bertahan sementara. Ia menambahkan bahwa dampak fluktuasi nilai tukar bersifat jangka panjang dan memerlukan analisis mendalam sebelum langkah penyesuaian diambil.
Kukuh juga menekankan bahwa kenaikan harga jual kendaraan bukanlah solusi instan, karena justru dapat menurunkan minat beli masyarakat. Oleh karena itu, pelaku industri menyiapkan strategi “bumper” atau penyangga guna menjaga harga tetap stabil dalam jangka pendek. Namun ia mengingatkan bahwa strategi ini tidak akan bertahan lama tanpa kepastian dari pemerintah.
Sebagai penutup, Kukuh berharap pemerintah Indonesia segera mencapai kesepakatan dalam negosiasi dengan AS mengenai kebijakan tarif timbal balik. Ia menilai langkah tersebut penting untuk memulihkan nilai rupiah dan melindungi kelangsungan industri otomotif nasional.