Alas Roban, sebuah nama yang membawa kenangan mendalam bagi banyak orang yang pernah melintasinya sebelum Tol Trans Jawa beroperasi penuh. Jalan legendaris ini menjadi saksi bisu perjalanan para pemudik yang dahulu menjadikannya rute utama menuju kampung halaman. Kini, kenangan itu tetap hidup saat kembali menyusuri jalur yang pernah dikenal penuh cerita ini.
Tiga Jalur Alas Roban yang Dikenal Saat Ini
Saat ini, Alas Roban memiliki tiga jalur utama yang bisa dilalui. Jalur Poncowati, yang merupakan jalan lama, menjadi saksi sejarah perjalanan panjang kawasan ini. Selain itu, ada Jalan Lingkar Selatan dan Jalan Pantura, dua jalur yang dibuat untuk mengurai kepadatan arus lalu lintas pada masa lalu.
Pembangunan dua jalur baru di sisi utara dan selatan jalan lama dimulai pada medio 1990-an hingga 2000-an. Untuk mewujudkan proyek ini, sekitar 19 hektar hutan jati Alas Roban ditebang. Jalan Pantura, salah satu jalur baru tersebut, kini menjadi pilihan utama bagi pengendara kendaraan kecil dan roda dua. Dengan jalan yang relatif landai, jalur ini dianggap lebih aman dan nyaman.
Cerita Para Pemudik di Masa Lalu
Sebelum hadirnya Tol Trans Jawa, jalur Alas Roban sering kali menjadi momok bagi para pemudik. Kemacetan panjang menjadi pemandangan yang biasa, terutama saat musim mudik Lebaran tiba. Kenangan tentang perjalanan panjang dan melelahkan itu masih membekas di benak banyak orang.
Ibrahim, salah satu pemudik, masih mengingat jelas pengalaman melintasi Jalan Lama atau Jalan Poncowati. Jalur sempit dengan kontur yang berkelok dan menanjak ini sering digunakan oleh kendaraan besar seperti bus dan truk. “Waktu mudik Lebaran, sore berangkat bisa sampai siang. Hampir 24 jam di jalan kalau musim mudik,” kenang Ibrahim yang kerap melakukan perjalanan dari Depok ke Tawangmangu, Jawa Tengah.
Wisnu, pemudik lainnya, juga memiliki kenangan serupa saat menempuh perjalanan dari Cileungsi menuju Pati dan Blitar menggunakan mobil pribadi. “Dulu pas mudik lewat sini, sering macet-macetan. Kadang istirahat di bawah pohon jati, gelar tikar sambil nunggu jalan lancar,” ungkapnya.
Kondisi Alas Roban Saat Ini
Pada Sabtu malam (25 Januari 2025), tim detikOto melintasi Alas Roban menggunakan sepeda motor. Suasana di Jalan Baru Alas Roban terlihat lengang, tetapi minimnya penerangan di sepanjang jalan tetap menjadi tantangan. Jalan yang gelap dan beberapa lubang yang tak terlihat membuat pengendara harus ekstra hati-hati.
Jejak Sejarah di Alas Roban
Mengutip buku Jalan Pos Daendels, sekitar dua abad yang lalu, Alas Roban adalah bagian dari Jalan Raya Pos yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels. Nama “Alas” sendiri berarti hutan, mencerminkan kondisi kawasan ini yang dulunya penuh dengan pohon jati. Jalur yang dibangun mengikuti kontur alam yang berkelok, membelah sebagian besar hutan jati di kawasan tersebut.
Kini, meski perannya tak lagi sebesar dulu, Alas Roban tetap menjadi bagian penting dari sejarah transportasi di Jawa. Jalur ini tidak hanya menjadi rute perjalanan, tetapi juga menyimpan sejuta cerita tentang nostalgia, perjuangan, dan kenangan para pemudik.